FTIP Klaster Kimia, Menuju Puspiptek Sebagai Basis Inovasi di Bidang Kimia

Kementerian Riset dan Teknologi terus berupaya mendorong penguatan sistem inovasi nasional (SINas), dengan membangun dan memfasilitasi interaksi antara aktor-aktor inovasi, khususnya antara peneliti sebagai penyedia teknologi dengan industri sebagai pengguna teknologi. Salah satu model SINas yang sedang dikembangkan adalah Puspiptek Serpong, melalui revitalisasi menjadi Indonesia Science and Technopark (ISTP).

Salah satu upaya untuk mewujudkan ISTP tersebut adalah melalui pembentukan dan pemberdayaan forum-forum antara peneliti di Puspiptek dengan industri. Melalui forum-forum tersebut diharapkan terjadi interaksi yang intensif antara peneliti dengan pelaku industri menyangkut teknologi apa yang dibutuhkan oleh industri dan dapat disediakan oleh peneliti, dan begitu juga sebaliknya. Media interaksi tersebut diwadahi dalam Forum Teknologi Industri Puspiptek (FTIP), yang mewadahi berbagai klaster teknologi seperti kimia, fisika, metalurgi, energi, teknologi nano, dan lain-lain. FTIP secara resmi telah diluncurkan pada tanggal 23 Mei 2011 di Puspiptek.


Sebagai tindaklanjut atas pembentukan FTIP, pada tanggal 24 Mei 2011 telah dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD) FTIP Klaster Kimia bertempat di Ruang Rapat GWB Lt 2 Puspiptek. FGD secara khusus membahas kebijakan KRT dalam mendukung inovasi di bidang kimia, potensi dan hasil-hasil penelitian Puslit Kimia LIPI, serta kisah sukses kerjasama IKM dengan lembaga litbang (Puslit Kimia) dalam mengembangkan produk berbasis inovasi.

FGD FTIP Klaster Kimia ini merupakan salah satu kegiatan yang diadakan dalam rangkaian Seminar Nasional Kimia Terapan Indonesia 2011 yang diselenggarakan atas oleh Puslit Kimia LIPI, KRT, Himpunan Kimia Indonesia, dan Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir. Seminar Nasional dibuka oleh Asdep Jaringan Penyedia dengan Pengguna, Wisnu S. Soenarso mewakili Deputi Ristek Bidang Jaringan Iptek.

Dalam sambutannya, Asdep Jaringan Penyedia dengan Pengguna, Wisnu S. Soenarso, mengatakan, puspiptek mempunyai potensi dan merupakan aset knowledge yang sangat besar yang harus dimanfaakan sebaik-baiknya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi regional dan nasional. Penelitian dan pengembangan yang dilakukan sebaiknya bermuara pada penyelesaian permasalahan di industri, serta menghasilkan nilai tambah pada produk industri berbasis teknologi. Untuk mewujudkan kondisi seperti itu, semua unsur inovasi, baik peneliti, pelaku usaha, pemerintah, serta unsur pendukung harus bahu-membahu dan saling bersinergi.

“Kementerian Riset dan Teknologi terus berupaya membangun interaksi antar aktor-aktor inovasi, dalam sebuah sistem yang dikenal sebagai sistem inovasi. Hal ini pula yang disyaratkan dalam Undang-undang no 18 tahun 2002. Peran pemerintah dalam memperkuat sistem inovasi adalah sebagai fasilitator dan regulator, serta menciptakan “panggung” yang kondusif bagi berlangsungnya “permainan” aktor-aktor inovasi tersebut”, ujar Wisnu S. Soenarso.

Wisnu S. Soenarso mengharapkan, puspiptek mulai hari ini dapat berkontribusi, sebagai panggung, dalam perkembangan ilmu pengetahuan tentunya juga bermanfaat bagi pembangunan nasional dimana bidang kimia merupakan salah satu unsur penting dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Adapun sebagai narasumber dalam kegiatan Kepala Biro Hukum dan Humas KRT ,Anny Sulaswaty; Peneliti Puslit Kimia LIPI, Agus Haryono; dan Direktur PT. Media Karya, Suparman.

Dalam paparannya, Anny menyoroti, kebijakan revitalisasi Puspiptek menuju ISTP dalam kerangka pengembangan koridor ekonomi, serta pentingnya mendorong jiwa entrepreneurship para peneliti. “Peneliti diharapkan mampu keluar dari comfort zone. Peneliti harus gaul” ujar Anny. Dengan mindset “gaul” peneliti akan berorientasi pada penciptaan produk-produk litbang yang sesuai kebutuhan pasar dan laku dijual.
Sementara itu, Agus Haryono menyampaikan beberapa contoh hasil riset Puslit Kimia yang siap dikomersialisasikan. Agus juga menyampaikan beberapa hambatan yang dimiliki peneliti pada umumnya adalah kurangnya kemampuan dalam berkomunikasi, khususnya dengan pelaku usaha dan industri. Untuk itu diharapkan KRT mampu memberikan pelatihan komunikasi bagi peneliti sebagai modal untuk “gaul” dan out of box. Harapan lain adalah soal perbaikan regulasi menyangkut aturan mobilitas peneliti sebagai PNS ke indutstri yang saat ini sangat menjadi penghalang.

Kisah sukses komersialisasi hasil litbang oleh industry disampaikan oleh Suparman. Sejak menjalin kerjasama dengan Puslit Kimia untuk mengembangkan produk alkaloid, diperlukan riset selama 1 tahun dan proses scale-up selama 6 bulan. Saat ini produk telah dipasarkan (ekspor) dan mampu menyerap 150 orang tenaga kerja. Beberapa produk lain sedang dalam tahap pengembangan dan diharapkan dalam waktu dekat akan segera spin-off. (dep-3/ad-3/humasristek)

Comments